vacuous

Klek!

Pintu kamar terbuka secara perlahan, memperlihatkan Airin yang melangkah masuk ke dalamnya.

“Farel,” panggil Airin.

Gadis cantik itu menutup pintu kamarnya sebelum menghampiri lelaki kesayangannya yang tengah bersandar ke arah ranjang di atas lantai.

Farelio dapat mendengar suara lembut yang mengalunkan namanya. Namun, lelaki tampan itu masih pada posisi yang sama, tanpa bergerak sedikit pun.

Airin mendudukkan dirinya tepat di sebelah Farelio. Ditatapnya lelaki tampan yang sudah menjadi tambatan hatinya selama dua tahun belakangan ini.

Tangannya bergerak mengusap bahu lebar yang terlihat seolah sedang menanggung beban yang sangat berat itu.

“Kamu udah makan, Rel?” tanya Airin. “Aku bawain pangsit kesukaan kamu tuh,” lanjutnya.

Farelio, lelaki tampan itu masih memilih untuk membungkam dirinya. Tatapannya kosong menghadap ke arah lantai yang dingin.

Tidak ingin memperkeruh suasana, Airin tidak menujukkan ekspresi serupa. Simpul semanis mungkin coba ia tampilkan di depan Farelio.

“Airin,” gumam lelaki tampan itu tanpa memalingkan pandangannya.

“Iyaa, Rel,” balas Airin.

“Airin,” panggil Farelio lagi.

“Iyaa, Farel. Aku di sini,” jelasnya.

“Jangan kemana-mana,” ujar lelaki tampan itu.

Kali ini, Farelio menolehkan tatapannya menghadap gadis cantik di sebelah kirinya. Sepasang manik selegam malam yang biasanya berbinar tajam, sekarang terlihat sangat sayu.

“Aku gak kemana-mana, Rel,” ucap Airin.

Setelahnya, tidak ada percakapan signifikan yang terjadi. Farelio, lelaki tampan itu masih ingin menatap wajah cantik Airin lebih lama dari biasanya.

Untuk kemudian, ia bergerak pelan. Farelio mendekatkan tubuhnya pada sang gadis. Kedua tangannya terbentang agar Airin masuk ke dalam pelukannya.

Lelaki tampan itu menelusupkan wajahnya di perpotongan leher Airin. Ia sebisa mungkin menghirup aroma tubuh yang selalu menjadi candu baginya.

“Jangan pernah tinggalin aku kayak tadi lagi,” pinta Farel dengan suara parau.

Walaupun tidak terlihat dengan jelas, Airin tahu bahwa lelaki tampan itu mungkin menangis seharian menunggu kehadirannya.

“Iyaa, Farel. Aku gak akan tinggalin kamu,” jawab Airin.

“Janji?” tanyanya meyakinkan.

Mendengarnya, Airin menghela napas panjang. Entah sumpahnya ini akan menjadi malapetaka atau anugerah baginya.

Gadis cantik itu masih bergumul dengan pikiran dan juga perasaannya. Mungkinkah di esok hari hatinya masih mencintai seorang Farelio?

“Airin,” panggil lelaki tampan ktu saat Airin tak kunjung menjawab pertanyaannya. “Kamu janji jangan tinggalin aku,” tambahnya.

“Iyaa, Farel. Aku janji,” jawabnya dengan nada datar.

Mendengarnya, hati Farelio sedikit meluluh. Lelaki tampan itu mengeratkan dekapannya. Ada sedikit rasa iba yang tersimpan di hati sang gadis.