turn-out

“Kamu masak apa, Rin?” tanya Farelio dari posisi duduknya di atas sofa di ruang televisi.

“Apa, Rel?” balas Airin dengan kembali bertanya.

Pasalnya, gadis cantik itu tidak dapat mendengar jelas apa yang lelaki kesayangannya itu tanyakan padanya.

Dengan begitu, Farelio melompat posisi duduknya untuk kemudian menghampiri gadisnya yang tengah sibuk menumis di dapur.

“Aku nanya, kamu masak apa?” tanya Farelio lagi.

Namun, kali ini, lelaki tampan itu melingkarkan sepasang lengan kekarnya pada pinggang ramping yang membelakanginya.

Airin, gadis cantik itu sempat terkesiap sebab dekapan Farelio yang tiba-tiba dan terasa sangat erat.

“Aku masak ayam lada hitam sama capcay,” jelas Airin seraya mengatur napasnya yang menggebu sebab darahnya yang berdesir cepat.

Ya, bagaimana tidak. Selain Farelio yang memeluknya semakin kencang, telapak tangan besarnya juga bergerilya di daerah sekitar.

“Aku lagi masak, Rel,” ujar gadis cantik itu.

“Iya, aku tau,” entengnya.

“Lepas dulu,” pinta Airin.

Mendengarnya, bukannya berhenti, Farelio malah semakin bersemangat untuk menggoda gadisnya.

Dihirupnya aroma tubuh Airin yang selalu menjadi candu baginya. Hidung bangir itu terasa menggelitik pada area lehernya.

“Nghh, Farel,” keluh gadis cantik itu.

“Kamu lanjut masak aja,” ujar Farelio.

“Ya, gimana aku bisa masak kalo kamu meluk aku kayak gini,” jelas Airin.

Farelio, lelaki tampan itu seolah tuli dan tidak memperdulikan peringatan yang dilontarkan gadisnya.

Sebelah tangan Farelio meluruhkan tali gaun tidur yang dikenakan Airin. Dengan segera, gadis cantik itu mematikan kompornya.

“Farel,” panggil Airin.

“Hm,” balasnya hanya dengan deheman singkat.

“Kamu mau apa?” tanyanya.

Mendengarnya, Farelio membuka matanya yang sedari tadi terpejam sebab permainan yang ia ciptakan sendiri.

“Can i be honest? I want you,” jelasnya.

Sepersekian detik kemudian, Farelio menangkup gadisnya agar naik ke dalam gendongannya.

Lelaki manis itu membawa Airin untuk duduk di atas meja makan setelah sebelumnya menyapu bersih barang-barang yang ada di atas sana.

“You look so fucking tempting with this house dress,” ujar Farelio.

“This is just a simple house dress, Farel,” balas Airin.

“But still, Airin. You turn me on,” jawab lelaki tampan itu.

Selanjutnya, yang terjadi adalah Farelio menarik tengkuk gadisnya agar masuk ke dalam ciumannya.

Refleks, Airin mengalungkan sepasang lengannya pada bahu lebar di depannya. Ia mulai mengikuti permainan tersebut.

“Mphh,” lirih Airin.

Kala Farelio menyingkap gaun tidurnya untuk kemudian mengusap lembut paha bagian dalamnya.

Farelio menyudahi acara bertukar saliva dengan sang gadis. Lalu, lelaki tampan itu berjalan ke arah lemari pendingin.

Ia mengambil tiga buah bongkahan es batu berukuran kecil dari freezer. Farelio kembali menghampiri Airin yang sudah tersedia di atas meja makan.

“I will put these ice cubes into your pussy, Airin. Then, if these things already melted down there, i will smash you up till i feel satisfy,” jelas Farelio sembari berbisik pada telinga kiri Airin.

Gadis cantik itu dengan susay payah menelan ludahnya saat bias suara sedalam palung itu menyeruak ke dalam indera pendengarannya.

Setelah pemaparan singkat nan menggoda itu, Farelio bergerak membuka gaun tidur gadisnya dan meletakkannya di kursi meja makan.

“Damn, you look so delicious, Airin,” ucap Farelio.

Dihadapannya, kini, terlihat pemandangan yang membuat Farelio tidak akan merasa bosan walau harus menatapnya seharian penuh.

Airin yang setengah telanjang, hanya menggunakan sepasang bra dan pakaian dalam dengan warna senada, navy blue.

Farelio menatap Airin seolah dirinyalah yang menjadi menu makan siangnya. Sepasang manik selegam malam itu membulat.

Ingin berpenampilan serupa dengan sang gadis, Farelio juga membuka satu per satu kancing kemeja sekolahnya yang sedari tadi masih membalut tubuh atletisnya.

“Nghh, ahh!” pekik Airin.

Saat suhu hangat tangan Farelio bercampur dengan dinginnya bongkahan es batu yang mengenai vaginanya.

Airin menengadah ke arah langit-langit dapur dengan sepasang lengan kurusnya yang menumpu beban tubuhnya.

Setelah selesai, Farelio kembali mendekatkan wajahnya pada telingan kiri Airin. Ia menjilat daun telinga sang gadis.

“I will start,” singkat lelaki tampan itu.

Farelio memulai permainan dengan memberikan gadisnya tanda kepemilikan berwarna merah keungunan di segala tempat yang bisa ia jamah.

Airin menggiggit pipi bagian dalamnya demi menetralisir rasa ngilu yang bercampur dengan nikmat itu.

“Ahh, Rel,” desah Airin.

Bagaimana kecupan serta lidah lelai tanpan langsung mengenai setiap inci tubuhnya, Airin sangat merasa terpuaskan.

Belum lagi, lelehan es batu yang membanjiri vaginanya. Entah dari mana Farelio mendapat ide gila ini. Airin sangat menyukainya.

Farelio menyelesaikan sesi mengotori ruang leher dan dada gadisnya dengan tanda khas kenikmatan yang ia buat.

Kemudian, tangannya bergerak melepas pengait bra yang melingkat pada dada sang gadis.

“Nghh, ahhh, Rel,” lirih gadis cantik itu.

Saat Farelio mengulum sebelah putingnya dan tangannya yang terbebas digunakan untuk memijat lalu sesekali memilin ujung putingnya yang mencuat.

Airin memejamkan matanya erat-erat. Rasa nikmat yang melingkupinya membuatnya terbang ke angkasa. Farelio sangat andal.

Farelio, lelaki tampan itu menyeringai puas di sela-sela kegiatannya. Tak jarang, ia juga melirik ke arah atas untuk melihat wajah Airin.

Farelio seolah mendapat lotere saat memandang wajah cantik gadisnya yang mengekspresikan kenikmatan duniawi.

“Ahh, Rel, i can’t, nghh, hold it, ahhh, anymore,” ujar Airin susah payah.

Mendengarnya, Farelio mengehentikan aktivitas menyusu pada payudara kesukannya. Wajahnya mendekat pada wajah sang gadis.

“What thing that you can’t hold anymore, Airin?” tanya Farelio sensual.

“Down there, ahh,” jawab gadis cantik itu.

“But these ice aren’t melted yet,” balasnya.

“Please, nghh, ahh,” ucap Airin putus asa.

“Sure. I will give you my hand,” jelas Farelio.

Airin mengira bahwa Farelio akan memberinya bantuan berupa mengeluarkan es batu berbentuk kubus itu dari kepemilikannya.

Ternyata, yang sebenarnya yang terjadi adalah dua jari lelaki tampan itu ikut menelusup masuk ke dalam vaginanya dari balik pakaian dalamnya.

“Ahhh,” lenguh Airin.

Kala ibu jari lelaki tampan itu memutari klitorisnya. Sebelah tangan gadis cantik itu mencengkram erat bahu erat di hadapannya.

Perpaduan sensasi dingin dari es batu yang perlahan mencair dengan aksi jemari yang Farelio mainkan sukses membuat Airin terus mengelukan nama lawan mainnya.

“Do you feel good, Rin?” goda Farelio.

Airin, gadis cantik itu tidak sanggup menjawab dengan kata-kata. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Melihatnya, Farelio tersenyum puas. Lelaki manis itu semakin gencar memainkan jarinya di bawah sana.

“Nghh, ahh, Rel,” desahnya.

Pergerakan jari-jari lelaki tampan itu semakin leluasa pada vagina sang gadis. Sepertinya, semua bongkahan es itu telah meleleh sempurna.

Dengan cepat, Farelio menarik tangannya dari bawah sana untuk kemudian menurunkan celana seragam dan pakaian dalamnya.

“Akh!” pekik Airin lagi.

Saat penis yang sudah berdiri tegak itu masuk ke dalam vaginanya hanya dengan satu hentakan keras.

Farelio menikmati bagaimana miliknya mulai beradaptasi dengan milik Airin di bawah sana sebelum mulai bergerak pelan.

“Shh, ahh,” lirih Farelio.

Lelaki tampan itu menambah tempo permainannya sehingga menghasilkan suara pertemuan antara kulit yang lembap.

Farelio menyukai bagaimana vagina gadisnya terasa lebih basah sebab es batu yang sudah mencair.

“Rel, ahh,” lenguh Airin.

“This is so fucking good,” ujar Farelio seraya menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit.

Airin dibuat kewalahan saat Farelio menggempurnya dengan tempo yang terus naik.

Plak!

Suara tepukan itu berasal dari Farelio yang menampar sebelah payudara Airin sehingga berubah warna menjadi merah.

“Ahh, Rel, i’m close,” ujar Airin.

“Me too, Rin,” balas Farelio.

Farelio makin dibuat gila oleh rasa nikmat yang menyelimutinya. Setelah dirasa akan menjemput pelepasannya, Farelio mengeluarkan penisnya dari dalam sana.

“Akh!”

“Ahh!”

Farelio menyemburkan sperma hangatnya ke arah perut rata Airin saat gadis cantik itu mencapai titik ternikmatnya.

Keduanya sama-sama diburu napas serta peluh membanjiri seluruh tubuh. Farelio menumpukkan kepalanya pada bahu kiri Airin.

Gadis cantik itu mendekap erat lelaki kesayangannya. Diusapnya dengan lembut kepala bagian belakang Farelio.

“Kamu jangan berani-berani pake daster kayak gini lagi di depan aku kalo kamu gak mau aku gempur sampe pingsan, ya, Rin,” ujar Farelio dengan napas yang tercekat.

Mendengarnya, sepasang manik selegam senja itu membulat lebar. Airin tahu Farelio tidak pernah main-main dengan ucapannya.