turn into
“We should turn this series into squirt game,” ucap Farelio.
Mendengarnya, Airin menatap nanar pada lelaki kesayangannya itu. Ia merenung sejenak.
Jika ditelisik lagi, waktu berkualitas keduanya tidak pernah dihabiskan dengan kegiatan atau aktivitas yang juga berkualitas.
Pada akhirnya, Farelio selalu meminta Airin untuk bermain nafsu dengannya. Dan juga, jika biasanya gadis cantik itu merasa tidak keberatan, tetapi kali ini…
“I’ll start the show,” sambung lelaki tampan itu.
Dengan begitu, Farelio mengalihkan saluran televisi nasional menjadi aplikasi menonton film pada televisi milik gadisnya. Di dalam dekapan yang seharusnya terasa hangat itu, Airin hanya bergeming.
“Farel,” panggil gadis cantik itu. Airin menolehkan pandangannya sedikit lebih tinggi pada lelaki kesayangannya.
“Iya, Rin,” balas Farelio tanpa memalingkan pandangannya.
Sepasang manik selegam senjanya masih berfokus pada layar televisi seraya mencari series yang dimaksud.
Airin, gadis cantik itu berniat mengatakan sesuatu pada Farelio. Namun, akhirnya ia mengurungkan niatnya.
Detik berubah menjadi menit dan menit berubah menjadi jam. Setidaknya, sudah dua episode yang mereka saksikan.
Dengan gerakan tiba-tiba, Farelio memeluk gadisnya untuk kemudian menariknya agar duduk di atas pangkuannya. Ia mendekatkan wajahnya ke arah telinga gadisnya.
“Rin,” panggil Farelio. “According to my words earlier, i will start our squirt game,” lanjutnya.
Lelaki manis itu lalu menjilat daun telinga gadisnya. Sontak, Airin menolehkan pandangannya sebab rasa yang menggelitik itu.
Di detik berikutnya, Farelio mengecup ruang di sekitar leher dan dadanya untuk meninggalkan tanda kepemilikan. Airin sebisa mungkin menahan desahannya. Ia menggigit bibir bagian bawahnya.
“Let it go, Rin, you know how i love your voice while moaning my name,” jelas Farelio sembari mengangkat pandangannya pada Airin yang kali ini berposisi lebih tinggi darinya.
Setelahnya, Farelio melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Lelaki tampan itu semakin liar mengecupi gadisnya. Airin mencengkram kedua bahu lebar di hadapannya.
“Nghh, Rel, i think i’m not, mphh, in the mood for today,” sela Airin.
Farelio, lelaki tampan itu tidak menghiraukan perkataan gadisnya. Ia masih sibuk dengan sajian yang ada di depannya.
Bahkan, lelaki tampan itu kini berubah haluan menjadi bermain dengan sepasang gunung sintal milik gadisnya.
“Ahh, Rel,” lirih gadis cantik itu.
Merasa tidak cukup puas, sebelah tangan Farelio sekarang bergerilya menuju arah selatan sang gadis.
Lelaki tampan itu dengan cepat menyingkap gaun tidur yang dikenakan Airin untuk kemudian mengusap vaginanya dari arah luar.
“Nghh, ahh, Rel,” racau Airin.
Mendengarnya, Farelio menambah tempo permaiannya dengan sepasang aset kesukaannya.
Sejujurnya, lelaki tampan itu sangat terkesima dengan permainannya hari ini. Lihat saja, bagaimana Airin dengan cepat akan menjemput pelepasannya hanya dengan aksi tangannya.
“Rel, nghh, ahh, i wanna cum,” jelas gadis cantik itu.
“On three, Airin,” perintah Farelio.
Benar saja, setelah hitungan ketiga, Airin mencapai titik ternikmatnya. Gadis cantik itu menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit.
“Kamu cepet banget, Rin, gak kayak biasanya,” ujar lelaki tampan itu.
“Iya, Rel, mungkin aku lagi pengen banget,” jawab Airin.
Setelahnya, gadis cantik itu melengang pergi ke arah toilet untuk membersihkan dirinya. Namun, sesampainya di dalam sana, bukannya mengguyur tubuhnya, Airin malah mendudukkan dirinya di atas water closet.
“I’m sorry, Rel,” gumam gadis cantik itu. “For faking my climax,” lanjutnya.