sibling
“Nenek,” sapa Alby sembari memeluk wanita tua kesayangannya itu.
Setelah Alby menelpon sang nenek dan mengabari bahwa dirinya sudah tiba di kampung halaman, wanita tua itu kepalang bahagia. Apalagi setelah lelaki tampan itu berkata dia akan berkunjung ke rumahnya.
Bahkan, semenjak percakapan mereka via telpon telah berakhir, Nenek dengan setia menunggu kedatangan sang cucu di beranda depan rumah tuanya sembari menyesap teh melati favoritnya.
“Valla akhirnya pulang, Sayang” balas sang nenek seraya mengusap lembut pucuk cucunya.
Begitulah, bagaimana Nenek memanggil cucu tertuanya itu, dengan nama tengahya. Panggilan khas yang selalu Alby sukai.
“Nenek apa kabar?” tanya Alby setelah melonggarkan dekapannya.
Untuk kemudian lelaki tampan itu menyalimi tangan keriput namun masih terasa lembut itu dengan perlahan. Hana pun melakukan hal serupa.
“Baik, Valla. Kamu gimana? Ayah sama Bunda sehat ‘kan?” jawab Nenek dengan bertanya.
“Sehat kok, Nek. Ayah sama Bunda tadi nitip salam sama maaf katanya gak bisa kalo mau nemuin Nenek hari ini soalnya Ayah masih ada urusan di kantor baru,” jelas Alby.
“Iya, gak apa-apa. Masuk dulu, Nenek udah bikin sop jagung kesukaan Valla,” ujar wanita tua itu.
Nenek merangkul sang cucu yang tingginya jauh terapaut dengannya lalu melengang masuk ke dalam rumah, meninggalkan Hana sendirian di teras rumah.
“Ih Nenek! Vilo jangan ditinggal sendiri dong, mentang-mentang Alby udah pulang,” keluh Hana.
Ya, serupa dengan Alby, Hana juga mempunyai panggilan sayang khusus dari sang nenek, Vilo, dari nama belakangnya, Vilory.
Kini, ketiganya sudah berada di dapur. Di sana, Alby menarik salah satu kursi dari meja makan berbentuk persegi panjang tersebut untuk Nenek lalu membantunya duduk.
“Caper lo,” hujat Hana sembari mendudukkan dirinya di balik meja makan.
“Yang bukan cucu kesayangan diem aja, ya,” sarkas Alby seraya tersenyum mengejek.
“Mba, sopnya tolong dimangkokin terus bawa ke sini, ya,” ujar Nenek pada salah satu asistennya. “Valla sama Vilo makan yang dulu, berantemnya nanti lagi,” lanjutnya.
Mendengarnya, Alby dan Hana hanya terkekeh seraya menatap manik satu sama lain. Melihat bagaimana Nenek terus bertambah tua tetapi kasih sayangnya tetap sama atau bahkan bertambah seperti mereka baru lahir ke dunia dulu.
Wajar saja, sekarang Nenek hanya tinggal sendiri. Setelah kepergian Kakek, tidak ada lagi yang dapat Nenek ajak untuk berbicara selain anak dan cucunya yang kerap kali berkunjung. Ah, dan tentu saja para asistennya.
“By,” panggil Hana.
Yang dipanggil namanya hanya berdehem singkat sebab masih menikmati sup hangat yang disediakan sang nenek.
“Mau minta tolong apa?” tanya gadis cantik itu.
Tangannya kembali bergerak menyuap sesendok penuh kuah hangat dari sop jagungnya.
Berbeda dengan Alby, Hana hanya menyantap potongan daging ayam yang ada di dalam supnya. Gadis cantik itu tidak terlalui menyukai jagung.
Mendengarnya, Alby segera menelan makanan yang tersisa di mulutnya untuk kemudian meneguk setengah gelas air putih di hadapannya.
“Oh, iya. Untung lo ingetin gua,” ujar Alby. “Lo kenal Airin?” tanyanya.
Hana meletakkan sendok makannya di sebelah mangkuk. “Lo kenal Airin?” balasnya dengan bertanya.
“’Kan gua nanya sama lo, Han. Kenapa lo jadi nanya balik ke gua?” sarkas lelaki tampan itu.
“Ish!” keluh Hana “‘Kan aneh kalo lo udah kenal anak-anak di sekolah selain anggota kelas lo padahal masuk kemaren, makanya gua nanya,” sambungnya.
Alby, lelaki tampan itu merapikan alat makannya di dalam mangkuk sup yang sudah ia lahap habis. Ia memejamkan maniknya sejenak lalu menghela napas panjang.
“Heran banget gua sama kebodohan lo yang gak pernah ilang dari dulu. Tinggal jawab aja apa susahnya sih,” balas Alby.
“Padahal lo yang minta tolong, tapi gua yang dibodoh-bodohin,” protes gadis cantik itu.
“Harus banyak-banyak sabar emang ngobrol sama lo ini, Han. Nenek kenapa tahan sih kedatengan lo tiap hari? Heran gua,” sindirnya.
“Lo nanti gua siram pake kuah sop jagung, mau, ya, By,” ancam Hana.
“Paling lo yang kena marah Nenek. Iya ‘kan, Nek,” ucap lelaki tampan itu sembari menoleh ke arah Nenek
Ternyata wanita tua itu sudah terlelap saat menemani sepasang cucunya menyantap makanan di meja makan.
“Nenek tidur. Lo gak ada yang belain,” balas gadis cantik itu seraya mengeluarkan lidahnya, menggoda sang sepupu.
“Balik lagi deh ke pertanyaan gua,” ucap Alby.
“Airin? Iya, gua kenal. Itu temen sebangku gua. Kenapa? Demen lo?” tanyanya bertubi-tubi.
“Iya,” jawab lelaki tampan itu singkat.
“Santai, By. Masih hari pertama, udah naksir orang aja lo,” ujar Hana.
“Naksir orang mah gak kenal waktu, Han. Kayak lo nih. Pasti naksir orangnya nunggu waktu, jadinya malah gak pernah suka sama orang,” ledek Alby.
“Gua siram kuah sop beneran, ya, By,” gertak gadis cantik itu.
“Ya, gua bener, kan? Buktinya sampe sekarang lo gak pernah suka sama orang,” entengnya.
“Lo gak tau apa-apa mending diem,” ucap Hana. “Dan kalo lo mau tau tentang Airin mending nurut sama gua,” finalnya sembari memelototi sang lawan bicara.