identical

“Mana?” tanya Hardian singkat.

Lelaki tampan itu baru saja masuk ke dalam ruangan luas nan besar di salah satu gedung di pekarangan sekolahnya, di mana tempat itu dipenuhi dengan alat musik khas anak band beserta interiornya yang terkesan menyeramkan. Itu basecamp Aragon.

“Apanya yang mana?” jawab Langit dengan kembali bertanya. Lelaki dengan tubuh bak raksasa itu tengah nyaman pada posisinya di atas sofa empuk sembari memetik gitar.

Sedangkan, yang lainnya sedang sibuk menggulir ibu jarinya pada layar ponsel.

“Dateng udah gak pake salam lagi, tiba-tiba langsung nanya di mana. Sehat lo, Har?” sambung Arjuna tanpa mengalihkan pandangannya.

Mendengarnya, Hardian, yang menjadi bahan obrolan siang itu hanya memutar bola matanya jengah. Tidak seperti ekspektasinya, teman-temannya memang susah untuk diandalkan.

“Predikat doang anak kelas unggulan. Timbang tanya gini pada goblok,” sarkas Hardian sembari mematik api untuk rokoknya.

Berbeda dengan yang lain, Mark menghampiri teman satu grupnya itu. Duduk di sampingnya dengan nyaman untuk kemudian memberikan secarik kertas.

“Ranindya Hartiga. Anak pertama dari pasangan kembar Keluarga Hartiga. Baru pulang dari Amrik sebulan lalu. Punya kembaran, namanya Rachelia Hartiga. Oh, iya, hampir lupa, Ranie juga punya pacar, namanya Adhitama, alumni sekolah kita juga,” jelas lelaki berdarah campuran itu panjang lebar.

Kala indera pendengaran Hardian menangkap pemaparan informasi yang dijelaskan temannya, senyumnya muncul dengan sangat lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih. Ini yang dia harapkan.

“Nah, gini dong!” ujar lelaki tampan itu sembari menyenggol bahu teman sebelahnya.

“I have to warn you to be careful. Jangan sampe lo ketuker, mereka kembar identik. Gua aja sempet salah cari informasi. Your target is Ranindya Hartiga, aren’t you?” ujar Mark memperingatkan.

Namun, Hardian, lelaki tampan itu bukannya menyetujui pernyataan yang dilontarkan salah satu temannya, ia malah beranjak dari posisi duduknya setelah mematikan puntung nikotin yang sebelum setengah habis. “Gua pergi dulu,” finalnya.

Seperti rencananya di awal, ia akan mengunjungi kediaman Keluarga Hartiga. Ah, sepertinya ini tidak bisa dibilang sebagai sebuah kunjungan sebab lelaki tampan itu tidak meminta izin terlebih dahulu.

Lihat saja, bagaimana Hardian berjalan dengan suara pijakan sepelan mungkin di sekitar pekarangan komplek perumahan mewah itu. Ia menyelinap.

Melalui kebun belakang yang juga terlihat sangat luas tersebut, lelaki tampan itu dengan perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam dapur.

Sepasang mata selegam malamnya menelisik keadaan di dalam rumah yang terdengar dan terlihat sangat sunyi nan senyap itu.

“Ini rumah gedongan segede gini apa gak ada yang jagain?” gumam Hardian.

Lelaki tampan itu kembali melanjutkan aksinya. Kali ini, ia akan berjalan perlahan untuk menaiki tangga ke lantai dua.

Namun, kala kaki kirinya memijak di anak tangga pertama, suara pecahan kaca terdengar menguar di seluruh ruangan. Sontak, Hardian mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

Dan tampaklah seorang gadis cantik dengan setelan baju tidur pendek yang membalut pada tubuhnya. Ia membungkam dirinya sendiri saat sepasang manik selegam senjanya menangkap keberadaan laki-laki yang beberapa jam ini tengah memenuhi pikirannya.

“Hardian Axelio, am i right?” tanya gadis cantik itu setelah menyesuaikan emosi dan jiwanya dengan keadaan.

“Lo kenal gua?” jawab Hardian dengan kembali bertanya. Lelaki tampan itu menghampiri gadis cantik yang baru saja memanggil namanya.

“Gak mungkin ada anak sekolah yang gak kenal lo, yang bukan anak sekolah kita aja tau lo, apalagi yang satu sekolah,” jelasnya.

“Lo siapa?” tanya Hardian penasaran. Di antara Ranie dan Rachel, gadis mana yang tengah berbincang padanya di siang menuju sore hari ini.

Mendengar pertanyaan itu terlontar, gadis cantik itu mengangkat sebelah alisnya. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

“Bukannya harusnya gua yang tanya kayak gitu ke lo. Untuk apa lo nyelinap masuk ke dalam rumah orang siang hari begini? Kriminal tau,” ucap gadis cantik itu.

Hardian mendesis. Perkataan gadis cantik itu di depannya ini ada benarnya. Ah, semuanya benar. Ia baru saja tertangkap basah sedang menerobos masuk ke rumah orang lain demi menemui pujaan hatinya.

“Harusnya gua panggil security biar lo diusir kali, ya? Eh, tunggu. Sekalian di-blacklist. Ini perumahan elit,” lanjutnya.

Sialan! Hardian belum sempat menemui Ranindya. Tidak mungkin ia pulang dengan tangan kosong. Maksudnya, tanpa dirinya menemui gadis cantik incarannya itu. Lelaki tampan itu menghela napas panjang.

“Bukannya maksud gua gak sopan, tapi gua mau ketemu sama orang yang tinggal di rumah ini. Lo…,” ucap Hardian menggantung. “Ranie?” tanyanya.

Kala indera pendengarannya menangkap satu nama yang diucapkan Hardian, gadis cantik itu menyeringai. Sepertinya, bermain sebentar akan terasa menyenangkan.

Siapa tahu, di akhir permainan ini, selain dapat mengelabui lelaki pujaannya, ia juga mendapatkan bonus berupa seorang Hardian Axelio menjadi kekasihnya. Siapa yang akan tahu?

“Iya, gua Ranie,” ucap gadis cantik itu sembari mengulurkan tangannya.

Hardian, lelaki tampan itu tentu saja dengan semangat menyambut uluran tangan sang gadis.

Sepasang manik selegam malamnya membinar terang saat mengetahui gadis cantik yang ada di hadapannya ini ternyata adalah Ranie, gadis yang menjadi targetnya. “Finally, lo orang yang gua cari.”

Setelah berkenalan secara resmi, gadis cantik itu mengajak Hardian untuk duduk dan bersantai di ruang tamunya agar sesi mengobrol mereka lebih nyaman.

“So, Hardian, kenapa lo lebih milih nyelinap masuk ke rumah orang dibanding ngetok pintu utamanya rumahnya? Katanya, lo mau kenalan,” tanya gadis cantik itu seraya menyesap teh kamomil yang sempat ia banting cangkirnya di dapur dan menggantinya dengan yang baru.

“Simple, sih, Ran. Pengen buat sesuatu yang berkesan,” jawab lelaki tampan itu dengan kepercayaan diri yang tinggi.

“Bukannya itu tindakan kriminal, ya? Kalo orang rumah tau, lo bisa dipenjarain, loh. Untung di rumah cuma ada gua doang,” jelasnya.

“Di rumah segede ini, cuma ada lo doang?” tanya Hardian yang hampir tersedak minuman hangatnya. Ini kesempatan yang tidak akan ia dapatkan dua kali, batinnya.

Tidak menjawab secara lisan, sang gadis hanya mengangguk pelan beberapa kali. “Iya.”

Mendengarnya, Hardian terkekeh. “Ya, gua cari cara biar gua gak dilaporin ke polisi,” balasnya pada pertanyaan yang sebelumnya.

Terhitung sudah hampir dua jam keduanya membicarakan hal acak di atas sofa empuk berwarna beige di ruang tamu luas nan megah milik Keluarga Hartiga. Tanpa disadari juga, gadis cantik itu semakin jatuh hatinya pada lelaki tampan di hadapannya.

“Cara? Gimana caranya?” tanya gadis cantik itu penasaran.

Hardian menyesap teh herbalnya sebelum menjawab. “Cara gua cuma berlaku kalo orang di rumah ngerasa terancam dengan kedatangan gua. Emangnya, sekarang lo ngerasa terancam dengan kedatangan gua?”

Sejenak, yang ditanya hanya mengetukkan jari telunjuknya pada dagu mungilnya. “Terancam gak, ya? Ngerasa terancam sih kayaknya. Nah, gimana tuh cara lo ngatasinnya?”

“Lo yakin mau tau, Ran?” tanya Hardian serius.

Tanpa terbesit pikiran negatif sedikit pun, gadis cantik itu menganggukkan kepalanya beberapa kali. “Iyalah, why not?”

Mendengarnya, Hardian menyeringai puas. I got you, Ran, ucap batinnya. Sepersekian detik kemudian, yang terjadi ialah lelaki tampan itu menarik sebelah tangan gadisnya agar mendekat lalu duduk di atas pangkuannya.

Refleks, gadis cantik itu kembali menjatuhnya cangkir yang ada di genggamannya. Sepasang manik selegam senjanya membulat sempurna.

“No regrets, ya, Ran. I’ll show you the way,” ujar Hardian sensual.

Di detik berikutnya, lelaki tampan itu mulai mengecupi bagian di ruang leher dan dadanya gadisnya yang sudah sedikit terekspos.

Jika boleh jujur, selama beberapa menit bahkan sampai jam saat berbincang dengan gadisnya, Hardian cukup dibuat naik melejit gairahnnya sebab pakaian minim yang dikenakan sang gadis.

“Nghhh,” lenguhnya.

Akhirnya, satu lirihan lolos. Di sisi lain, yang sedang dilecehkan juga menyeringai puas. Permainan ini adalah bukan lain merupakan tujuan awal dari Rachelia menggoda dambaan hatinya.

Yap! Jika kalian kira bahwa gadis cantik yang sedari tadi mengobrol dengan Hardian adalah Ranindya, kalian salah besar. Mengenalkan diri dengan nama kakaknya ialah salah satu rencana dari si gadis licik, Rachelia.

Tidak sampai di situ saja, gadis cantik itu kembali dengan pikiran nakalnya. Lihat saja, dengan kesadaran penuh, Rachelia menggoyangkan pinggulnya hingga kepunyaannya mengenai kepemilikan lelakinya.

“Ran,” panggil Hardian. “Yours got mine,” ujarnya.

Lelaki tampan itu mati-matian menahan hasratnya agar tidak menggempur gadisnya pada pertemuan pertama mereka.

“Kenapa, Har? Lo gak suka?” tanya Rachelia menggoda.

“This is our first meet, girl. Next time, i will smash you up sampe lo gak bisa masuk sekolah,” balasnya tidak mau kalah. “Sekarang, gua dulu yang kerja, lo yang santai,” sambungnya.

Agar gadisnya tidak kembali memberontak, Hardian lebih dulu bergerak. Lelaki tampan itu mengubah posisi mereka. Ia membanting pelan Rachelia agar berbaring di dalam kungkungannya di atas sofa.

“Lo gak boleh gerak sedikit pun, biar gua aja,” perintah lelaki tampan itu.

Belum sempat sang gadis menjawab, lelaki tampan itu sudah mencium gadisnya kasar. Sedikit berbeda dengan sebelumnya, kali ini, sebelah tangan berototnya bergerilya ke segala tempat yang bisa ia jamah.

“Mphhh,” lirih Rachelia tertahan.

Tubuh mungilnya melengkung sebab perlakuan Hardian. Rachelia mulai dibawa terbang ke angkasa saat lelaki tampan itu bermain dengan lidahnya di dalam ciuman mereka dan ditambah dengan tangannya yang meremas lalu sesekali memijat kedua payudaranya secara beragntian.

Sialan! Hardian sangat andal dalam hal-hal memuaskan seperti ini. Rachelia cukup menyesal tidak pindah lebih cepat ke sekolahnya yang sekarang lalu berkenalan dengan seorang Hardian Axelio.

“This feels so fucking good,” puji gadis cantik itu dalam bentuk umpatan saat Hardian melepaskan ciuman mereka.

Hanya dengan kalimat singkat nan sensual itu, Hardian seolah diberi bahan bakar tambahan untuk terus memuaskan gadisnya. Sekarang, lelaki tampan itu berubah haluan.

Kedua tangannya bergerak membuka satu per satu kancing piyama tidur yang sedari tadi membuatnya diselimuti oleh napsu. Sepasang manik selegam malam itu membulat kala menemukan sepasang gunung sintal gadisnya tidak dilapisi apapun selain baju tidurnya.

Hardian tentunya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut. Dengan cepat, ia melahap sebelah payudara gadisnya serta bermain dengan ujung puting pada payudara satunya yang terbebas.

“Ahhh, Har,” desah gadis cantik itu seraya menarik pelan rambut bagian belakang lelakinya.

Rachelia seolah merasakan surga dunia saat Hardian menyentuh setiap inci kulit pada tubuhnya. Hatinya berteriak gembira sebab memang inilah yang ia inginkan.

Hardian sudah membuat seorang Rachelia jatuh hati pada pertemuan pertama mereka dua hari yang lalu. Di kantin sekolah, saat jam makan siang, tepatnya saat Hardian membantu salah satu petugas kebersihan yang sedang memungut botol plastik yang berserakan di lantai kantin.

Siapa yang akan menyangka, selain sisi nakal, lelaki tampan itu juga memiliki sisi malaikat dalam dirinya. Bagi Rachelia, yang sudah mencari tahu informasi mengenai pujaan hatinya, Hardian adalah paket komplit.

“Nghh, ahh, Har,” lirih Rachelia lagi.

Kala lumatan itu berubah menjadi kecupan pada perut ratanya dan perlahan turun ke arah paha bagian dalamnya. Rachelia meremas bantal yang menjadi sandaran kepalanya. Pasalnya, permainan ini semakin dirasa semakin nikmat.

Hardian, lelaki tampan itu benar-benar menepati ucapannya. Lihat saja, bagaimana lelaki tampan itu hanya berfokus pada orientasi kenikmatan pada gadisnya, yang masih ia kira adalah Ranindya.

“I will open the main prize, ya, Ran,” ucap lelaki tampan itu seolah meminta izin kepada sang pemilik.

Mendengarnya, Rachelia tersenyum teduh. Ia menganggukkan kepalanya beberapa kali. Dengan cara yang semenggoda mungkin, Hardian meluruhkan celana pendek baju tidur beserta pakaian dalam sang gadis.

“Looks so beautiful,” pujinya pada aset indah milik Rachelia.

Sebuah kalimat sanjungan itu sukses membuat gadisnya salah tingkah. Ia memalingkan pandangannya ke segala arah, ke mana saja asal tidak menatap langsung lelaki tampan yang semakin mencuri hatinya.

Melihatnya, Hardian terkekeh. “Lo lebih cantik, Ran.”

Rachelia, gadis cantik itu tidak diberi peluang besar untuk menikmati kupu-kupu yang berterbangan di perutnya oleh sang pujaan hati. Sepersekian detik kemudian, Hardian melesatkan, tidak hanya satu melainkan dua jarinya, masuk ke dalam vagina sang gadis.

“Nghh, akh!” pekik sang gadis.

Kepalanya menengadah ke arah langit-langit ruang tamu. Tangannya semakin erat mencengkram bantal kecil yang menumpu kepalanya. Melihat pemandangan cantik saat wajah gadisnya mengekspresikan kenikmatan, Hardian tersenyum puas.

“You even look more beautiful, Ran,” pujinya lagi.

Sepertinya, kupu-kupu yang memenuhi perut gadis cantik itu kini sudah berubah menjadi seekor naga. Bagaimana lelaki tampan itu melecehkannya lalu memberinya sanjungan di saat yang bersamaan membuat Rachelia mungkin tidak akan mampu melepaskan Hardian untuk orang lain.

“Ahh, Har, move it, nghh, faster,” pinta gadis cantik itu.

Hardian mengangkat sebelah alisnya. “Faster or harder, girl?” tanyanya sensual.

“Both, ahhh, please,” racau Rachelia.

“As you wish,” finalnya.

Sesuai dengan permintaan sang gadis, Hardian memenuhinya. Lelaki tampan itu bahkan berbuat melebihi ekspektasi gadisnya. Ia meneroboskan lagi satu jarinya untuk kemudian lidahnya ikut masuk ke bawah sana.

“Ahhh,” desah gadis cantik itu.

Rachelia menggigit pipi bagian dalamnya demi menetralisir rasa nikmat dari permainan panasnya bersama sang dambaan hati. Hardian seolah mengaduk-aduk vaginanya dengan rasa nikmat yang tiada tara.

“Har, nghh, ahh, i think i’m, ahh, gonna cum,” ujar Rachelia susah payah.

Mendengarnya, Hardian tentunya menjadi lebih cepat dan tanggap. Tangannya yang terbebas ia gunakan untuk memilin ujung sebelah payudara gadisnya yang mencuat.

Rachelia tidak bisa berkata-kata. Perasaannya terlalu diselimuti rasa nikmat saat ini. Tanpa sadar, ia kembali menggoyangkan pinggulnya seolah meminta lebih. Dan, tak lama setelahnya, gadis cantik itu mencapai titik ternikmatnya.

“Akhh!” pekik Rachelia.

Napasnya menggebu seolah diburu. Juga, tubuhnya menggelinjang dan bergetar hebat. Rachelia sangat dipuaskan oleh permainan yang dilakukan Hardian.

Setelah melepaskan jari-jari beserta lidahnya dari bawah sana, Hardian merangkak ke atas untuk mencium kening gadisnya dalam waktu yang cukup lama.

“Good job, girl,” ucapnya disertai simpul manis.

Setelahnya, lelaki tampan itu ikut berbaring di samping gadisnya, memeluk Rachelia dengan sangat erat. Tangannya juga bergerak mengusap lembut kepala bagian belakang lalu punggung sempit sang gadis secara bergantian.

Untuk sejenak, keduanya terlalut dalam atmosfir yang menenangkan antara satu sama lain. Tidak ada percakapan signifikan yang terjadi, hanya napas teratur yang terdengar beradu.

Rachelia, gadis cantik itu, tiba-tiba saja di dalam hatinya terasa ada sesuatu yang mengganjal. Ya, apalagi jika bukan terkait identitasnya. Cepat atau lambat, ia harus mengaku bahwa ia bukanlah Ranindya, melainkan Rachelia.

“Har,” panggil gadis cantik itu.

“Hm?” jawab Hardian hanya dengan berdehem singkat.

Rachelia sedikit mengangkat kepalanya agar dapat melihat wajah tampan Hardian secara sempurna. “Lo suka sama Ranie, ya?” tanyanya.

“Maksudnya, suka sama lo? Iyalah pasti,” balasnya pasti.

Rachelia kembali menundukkan pandangannya. Jari telunjuknya bermain pada dada bidang lelaki kesayangannya dari balik baju seragam. Di pikirannya terbesit sesuatu yang menyedihkan.

Bagaimana jika Hardian meninggalkannya setelah ini? Bagaimana jika Hardian pergi setelah mengetahui dirinya bukanlah sang kakak? Bagaimana jika…

“Tapi, gua bisa berubah jadi suka sama Rachel,” ujar Hardian tanpa aba-aba.

Pandangan keduanya bertemu. Rachelia yang menatap Hardian dengan lamat, dan juga sebaliknya. Lelaki tampan itu tersenyum teduh.

“Lo Rachelia, iya, kan?” tanya Hardian memastikan.

Awalnya, Rachelia ragu. Haruskah ia berbohong atau mengatakan yang sejujurnya. Ternyata Hardian menyadari bahwa ia bukanlah gadis cantik incaran yang sebenarnya. Namun, akhirnya, ia mengaku.

“Iya, gua Rachelia. Sorry, ya, Har,” ucap gadis cantik itu lemas.

Hardian, lelaki tampan itu bukannya marah atau kalut dalam emosi, senyumnya malah semakin terlihat bermakna. “You don’t have to say sorry, Chel,” ujarnya.

Rachelia, gadis cantik itu terkejut bukan main. Bagaimana tidak, semua rasa sedih serta pikiran negatifnya sirna. Semua ini jauh dari harapannya, in a good way.

“Soalnya, entah kenapa gua jadi jatuh sejatuh-jatuhnya sama lo, Rachelia Hartiga. Even today was our first meet, i still want you di kesempatan selanjutnya, Chel. Gua maunya selalu sama lo. Lagian, Ranie juga udah punya pacar, kan? So, ngapain gua cari yang lain kalo udah ada lo di depan mata gua,” jelas Hardian.

Mendengarnya, Rachelia menghangat hatinya. Ia tidak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Siapa yang akan mengira bahwa harapannya di awal rencana berjalan dengan mulus.

Pada akhirnya, Rachelia Hartiga, si kembar anak pindahan, secara resmi dan utuh menjadi milik seorang Hardian Axelio, si berandalan sekolah yang pintar serta drummer dari Band Aragon.

“I accidentally falling in love with you, Rachelia Hartiga. Be mine, please?” final lelaki tampan itu.