envisage (1)
Farelio menghela napas panjang lalu mengusap wajahnya kasar. Setelah memutuskan untuk kembali pada gadisnya, ia menyegerakan diri untuk menghampiri Airin. Namun, sepasang manik selegam malamnya menangkap adanya stimulus berbahaya yang ada tepat di hadapannya, berupa barisan pria berjas hitam lengkap dengan senjata tajam serta senapan api.
Baru saja lelaki tampan itu melengang keluar dari penjaranya ketika dirinya disambut dengan sekumpulan
Farelio sedikit meregangkan sendi di seluruh tubuhnya sebelum berkata. “Alright. Here we go again,” ujarnya sembari menyiapkan kepalan tangannya untuk menghadiahi beberapa pukulan kepada jejeran lawan di depannya.
Setidaknya, ada tujuh sampai sembilan orang di sana, jika Farelio tidak salah hitung. Sesuai perintah, mereka siaga untuk melaksanakan tugas dari sang atasan, Kendrick. Farelio menatap tajam satu per satu pengawal yang ada di sana demi menjatuhkan mental mereka. Ia tidak akan kalah hari ini, demi Airin.
“Laksanakan, Tuan,” ucap salah satu pria berjas yang berada di paling belakang dekat dengan elevator. Perintah itu berasal dari in-ear yang terpasang di telinga kanannya. “Serang!” pekiknya kemudian.
Mendengarnya, dua orang pengawal yang ada di barisan terdepan mengambil langkah terlebih dahulu. Mereka hendak melayangkan pukulan pada Farelio secara bersamaan, tetapi lelaki tampan itu bergerak lebih cepat. Ia berlari menghampiri dua orang tersebut.
BUAGH!
Tinjuan pertama mendarat pada wajah salah satu dari mereka dan ia pun tumbang sementara. Lalu, dengan cepat, Farelio kembali bergerak. Kali ini lelaki tampan itu menendang tepat di dada pengawal lainnya.
BUAGH!
“Maju!” ucap sang ketua dari mereka lagi.
Setelahnya, empat orang pria bertubuh besar nan kekar kembali menghampiri Farelio. Mereka siap menghadang segala pergerakan anak tunggal dari atasannya yang berpotensi memperlancar aksinya dalam melarikan diri.
“Come on and get me,” sarkas Farelio diiringi dengan gerakan tangan yang seolah-olah memancing mereka untuk menghajar dirinya. Namun, sebelum salah satu dari mereka berhasil menangkapnya, lelaki manis itu menunduk untuk menghindar.
BUAGH! BUAGH!
Farelio meninju lawannya dari arah bawah. Lalu, dirinya bersembunyi di balik tubuh besar itu dan menggunakannya sebagai tameng. Dari belakang sana, Farelio melakukan tendangan tiga kali berturut-turut, dari dada satu ke dada pengawal yang lain. Ketiganya ambruk secara bersamaan.
Sekarang, masih tersisa dua orang lagi yang harus Farelio taklukan. Sebelum memulai perkelahian selanjutnya, Farelio menggulung kemeja yang dikenakannya sebatas siku. Di antara keenam pengawal tadi, yang akan ia hadapi sekarang adalah pengawal dengan tubuh paling besar dan paling kekar.
“Shit!” umpatnya. “Do you guys have PT class every morning? I like your body but let us see who’s gonna win today. I have a beautiful girl to fight for,” lanjut Farelio seraya kembali menyiapkan kepalan tangannya seolah siap meninju.
Berbeda dengan pengawal-pengawal yang sebelumnya, kedua pria bertubuh paling atletis ini melakukan beberapa jurus awalan sebelum memulai pertandingan. Sepertinya, mereka adalah yang terbaik di antara yang terbaik, sang penguasa segala teknik bela diri. Walaupun begitu, tidak membuat Farelio bergidik ngeri.
“Habisi sekarang juga!” teriak pemimpin pengawal tersebut.
Mereka mengeluarkan dua buah benda dari saku celana masing-masing. Farelio dapat mengidentifikasinya dengan jelas, itu jarum suntik yang di dalamnya berisikan obat bius dosis tinggi dan ujung jarum itu siap menghujam setiap titik dari tubuhnya kapan pun.
“Okay, let’s go!” pekik Farelio.
Selanjutnya, kedua pengawal itu berlari menghampiri Farelio. Namun, belum sempat benda tajam itu menyentuh permukaan kulitnya, Farelio menggelincirkan dirinya di atas lantai melalui dua orang pengawal tersebut untuk kemudian dengan cepat berdiri dan meninju keras wajah pengawal utama yang menjadi tangan kanan langsung sang ayah.
BUAGH! BUAGH!
Ini kesempatan emas dan tentunya Farelio tidak ingin menyia-nyiakannya. Pria berjas itu sempat terhuyung dan di saat yang bersamaan dua orang tadi berbalik ke arahnya. Farelio menggunakan tubuh pengawal tersebut untuk melindunginya. Alhasil, kumpulan jarum suntik itu menyerang tepat pada jantung sang ketua pengawal.
“Have a good sleep, Sir,” final Farelio sebelum berlalu pergi. Lelaki tampan itu lebih memilih tangga darurat untuk turun dari sana.