chastisement
“Airin,” panggil Farelio sembari kepalanya menguar dari balik pintu kamar sang gadis.
Tidak jawaban yang terdengar. Lelaki tampan itu dapat melihat jelas bagaimana sepasang bahu sempit milik Airin bergetar hebat di balik selimut di atas ranjang.
“Kamu udah makan, Rin?” tanya lelaki tampan itu.
Farelio mendudukkan dirinya di tepi kasur. Airin, gadis cantik itu tidak menghiraukan pertanyaan dari lelaki kesayangannya.
Ia tidak mengira Farelio akan menghampirinya secepat ini. Tidak ingin terganggu dengan kehadiran lelaki tampan itu, Airin mengubah posisinya menjadi membelakangi Farelio.
“Rin,” panggil Farelio lagi. “Aku gak bermaksud main tangan sama kamu tadi. Aku kelepasan,” jelasnya.
“Padahal kamu bisa tanya dulu ke aku, Rel,” balas Airin dengan suara yang tersendat. “But you didn’t do that,” sambungnya.
Mendengarnya, Farelio menghela napas panjang. Kini, lelaki tampan memposisikan dirinya untuk berada di samping sang gadis.
Sepasang tangan kekar itu sekarang melingkar pada pinggang mungil sang gadis, memeluknya dari belakang. Airin sempat tersentak, tetapi ia tidak ingin menggubris hal itu.
“Iya, Airin. Aku tau aku salah and i was sorry for that,” ujar Farelio.
Selanjutnya, tidak ada percakapan signifikan yang terjadi di antara kedua. Baik Airin maupun Farelio masih nyaman berada di posisi masing-masing.
Ya, paling tidak, sampai sebelah tangan Farelio mulai bergerilya menjamah semua ruang yang bisa ia jangkau.
“I’m really sorry for the earlier, ya, Airin,” ucap Farelio setengah berbisik pada telinga kiri sang gadis.
Airin, yang diberi perlakuan tiba-tiba seperti itu hanya dapat meringis. Pasalnya, sebelah tangan Farelio kini sudah mengusap vaginanya dari arah luar.
Sementara itu, tangan satunya yang terbebas ia gunakan untuk memijat sebelah payudaranya.
“Nghh, Rel,” lirih Airin tertahan sebab ia menggigit pipi bagian dalamnya.
“Hm,” balas lelaki tampan itu hanya dengan deheman singkat yang terdengar begitu dalam.
“Tanganmu,” ucap gadis cantik itu.
“I want to express my apalogize,” sela Farelio. “Lemme show that,” lanjutnya.
Di detik selanjutnya, lelaki tampan itu bergerak memutarbalikkan tubuh gadisnya agar menghadap ke arahnya.
Ditatapnya sepasang manik selegam senja kesukaannya. Farelio menyeringai nakal sebelum menyambar ganas belahan bibir ranum berwarna pink itu.
“Mphh,” desah Airin dalam ciumannya.
Bagaimana tidak. Farelio semakin mendekapnya. Belum lagi, tangan besar itu mendorong tengkuknya agar memperdalam ciuman mereka.
Tidak hanya sampai di situ, tangan Farelio kembali bergerak. Kali ini, membuka satu per satu kancing kemeja seragam sekolahnya gadisnya.
Untuk kemudian setelahnya, ia melepas kemeja seragam sekolahnya sendiri. Juga, Farelio merubah posisinya menjadi di atas Airin.
Airin menelan air liurnya dengan susah payah saat indera penglihatannya menangkap otot perut yang tercetak sempurna di hadapannya.
Walaupun bukan pertama kali melihatnya, namun gadis cantik itu selalu terkesima dengan perut atletis yang Farelio miliki.
“I bet you like what you see, Rin,” goda Farelio.
Mendengarnya, Airin segera memalingkan pandangannya ke segala arah. Tidak dapat dipungkiri, masih terdapat seberkas amarah di dalam hatinya.
“Ahhh,” lenguhan Airin lolos.
Saat tiba-tiba Farelio meremas kuat payudaranya yang entah sejak kapan sudah terlepas dari pelindungnya.
Belum puas sebab desahan itu tidak mengandung namanya, Farelio bergerak. Lelaki tampan itu melumat sebelah puting gadisnya.
“Nghh, ahhh, Rel,” lirih gadis cantik itu.
Telapak tangan Airin meremat kain seprai tempat tidurnya demi menyalurkan rasa nikmat yang Farelio berikan untuknya.
Farelio, lelaki tampan tersebut tersenyum di sela-sela kesibukkannya saat indera pendengarannya menangkap ada nama panggilan yang Airin sebutkan.
“Ahhh, Rel, it’s tickling,” ucap Airin.
Bukannya berhenti, Farelio justru semakin gencar memainkan puting payudara gadisnya menggunakan lidahnya.
Tangan kanannya yang sedari tadi ia pakai untuk meremas lalu sesekali memijit ujung puting gadisnya yang mencuat, kini berpindah haluan.
Farelio mengusap pakaian dalam yang Airin kenakan. Lelaki manis itu kembali menyeringai kala yang ia pegang di bawah sana sudah terasa lembap.
Dengan begitu, Farelio menghentikan acara menyusu dari payudara gadisnya. Ia melepaskan celana seragam sekolahnya untuk kemudian melakukan hal serupa pasa rok seragam sekolah Airin.
Setelahnya, lelaki tampan itu kembali mengungkung gadisnya. Airin, gadis cantik itu dapat merasakan bagaimana bagian bawahnya terus tersentuh dengan milik Farelio.
“Ahh, Rel, masukin aja, nghh,” ujarnya.
“Can’t wait any longer, Rin?” tanya Farelio dengan nada sesensual mungkin.
Sebelah tangan lelaki tampan itu bergerak memakaikan kondom yang ia ambil dari nakas pada kepemilikannya.
Airin tidak mampu menjawab secara lisan, ia hanya dapat menganggukan kepalanya beberapa kali.
“You sure?” tanya lelaki tampan itu memastikan.
Namun, sebelum berhasil menjawab, tubuh mungil itu dibuat menggelinjang terlebih dahulu.
“Farel!” pekik Airin.
Kala penis besar nan mencuat milik Farelio masuk ke dalam vaginanya hanya dengan sekali hentakan.
“Nghh, ahh,” desah Farelio.
Saat merasakan miliknya masuk sempurna ke dalam gadisnya. Padahal, ia belum bergerak tetapi rasa nikmat itu mulai menyelimutinya.
“Move it, ahh, Rel,” pinta gadis cantik itu.
Dengan begitu, Farelio mulai menggempur gadisnya dengan kecepatan rendah. Keduanya terhanyut dalam rasa nikmat.
Airin dibuat kewalahan saat lelaki kesayangannya itu terus menghantam titik manisnya. Hanya dengan tempo itu, Airin menggila.
“Ahh, Rel. You hit, nghh, my sweet spot, ahh,” jelas Airin susah payah.
“Do I, Rin?” balas Farelio seraya memandang ke arah wajah cantik di bawahnya.
Lelaki tampan itu tersenyum puas untuk kemudian menaikkan tempo permainannya. Airin dibuat semakin terbang ke langit olehnya.
Lihat saja, bagaimana gadis cantik itu terus mengelukan nama lelaki tampan yang gemar melecehkannya.
“Ahh, Rel, ahhh, i think, nghh, i wanna cum,” ujar Airin dengan sepasang maniknya yang terpejam erat.
“You will, Airin, but with one condition,” jelas Farelio. “You may not make any noise till i finish,” lanjutnya.
Airin, gadis cantik itu menganggukkan kepalanya semangat sebab ia tidak dapat menahannya lebih lama lagi.
Airin menggigit bibir bagian bawahnya agar mulutnya tidak menghasilkan desahan, lenguhan, ataupun lirihannya.
“Airin,” panggil Farelio.
Lelaki tampan itu menggempur gadisnya lebih keras daripada sebelumnya. Membuat Airin semakin pusing akan rasa nikmat.
“I’m sorry,” lanjutnya.
Sekarang, Farelio menghantam bagian bawah Airin dengan lebih dalam. Kepala penisnya sukses memanjakan g-spot-nya.
“Ahh!”
“Akh!”
Airin dan Farelio menjemput pelepasannya bersama-sama. Keduanya menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit dengan napas yang memburu.
Setelah menarik selimut dan membuang kantung yang dipenuhi cairan miliknya ke tempat sampah, Farelio kembali memposisikan dirinya berbaring di samping Airin.
Lelaki tampan itu menarik sang gadis agar masuk ke dalam pelukannya. Farelio berkali-kali mengecup pucuk gadisnya sementara Airin menenggelamkan wajahnya pada dada bidang lelaki kesayangannya.
“I’m so sorry, Airin,” sergah Farelio. “I really couldn’t control myself back there,” sambungnya.
Tidak ada respon yang terdengar dari Airin. Lelaki tampan itu berpikir mungkin gadisnya masih merasa lemas sehingga kesulitan untuk menjawab.
Namun, saat Airin hendak membalas permohonan maaf yang Farelio kerap kali lontarkan padanya hari ini, lelaki tampan itu kembali berkata.
“I can’t let them know about us,” finalnya.