blissfull (1)
“Ganti baju kamu. Aku udah bawain. Ada di belakang,” ujar Farelio.
Airin baru saja mendudukkan dirinya di dalam mobil saat lelaki tampan itu memeberi perintah untuk mengganti bajunya.
“Kita sebenernya mau kemana sih, Rel?” tanya Airin penasaran.
“Kamu ganti baju dulu nanti aku kasih tau,” jelasnya.
“Aku ganti baju di sini?” tanya gadis cantik itu memastikan.
“Iyalah. Mau di mana lagi?” balas lelaki tampan itu.
Tidak ada jawaban dari sang lawan bicara. Airin hanya memfokuskan atensinya pada potongan pakaian yang Farelio bawakan untuknya.
“Kenapa? Kamu malu? Gak make sense kalo kamu malu, Rin. Kita udah sering liat satu sama lain,” jelas Farelio.
Airin, gadis cantik itu hanya mengangguk paham. Pada akhirnya, ia melepas semua seragam sekolahnya tepat di hadapan Farelio.
Sesekali lelaki tampan itu melirik ke arah pemandangan yang tersaji di sampingnya. Menurutnya, Airin tidak pernah gagal dalam membuatnya bergairah.
Farelio menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ia menghempas semua skenario nakal yang berenang ria di kepalanya.
Kemudian, lelaki tampan itu menancap gas mobilnya untuk melengang pergi dari pekarangan sekolah.
Tidak ada percakapan signifikan yang terjadi di antara mereka. Farelio masih berfokus pada jalanan aspal di hadapannya. Sementara, Airin sibuk bermain dengan ponselnya.
“Kamu udah makan, Rin?” tanya Farelio tiba-tiba.
Mendengarnya, Airin menolehkan pandangannya. Sudah lama sekali sejak pertanyaan ini terlontar dari mulut lelaki kesayangannya itu.
“Belom. Kamu udah makan, Rel?” jawabnya dengan kembali bertanya.
“Belom juga,” balas lelaki tampan itu singkat.
Tak lama, setelah obrolan singkat itu, keduanya kembali hening. Namun, situasi itu berlangsung singkat sebab kini mereka sudah sampai ke tempat tujuan.
Farelio memarkirkan mobilnya di samping bangunan kecil yang menghadap langsung ke arah pesisir pantai.
“Ayo turun,” ajaknya.
Sejenak, Airin merasa linglung. Untuk apa Farelio mengajaknya ke tempat makan yang terletak jauh dari apartemennya.
Padahal, biasanya, apabila keduanya terlalu malas untuk menyantap makanan di luar, Airin akan memasak menu sederhana atau Farelio akan memesan lewat aplikasi delivery.
Tak kunjung turun dari jok penumpang, akhirnya, lelaki tampan itu membukakan pintu agar sang gadis ke luar dari sana.
“Kamu ngapain? Ayo. Emangnya kamu gak laper?” tanya Farelio bertubi-tubi.
Airin lebih memilih tidak menjawab. Ia hanya mengangguk sebagai respon. Tak jarang ekor matanya menangkap wajah tampan yang berjalan menjulang di sebelahnya.
Tingkling!
Bunyi bel terdengar saat mereka memasuki cafe sederhana tersebut. Tempat itu didominasi oleh interior berbahan kayu.
Cafe yang cocok dijadikan sebagai tempat bersantai, di tambah ini jauh dari kerumunan. Farelio tidak perlu khawatir akan bertemu seseorang yang ia kenal di sini.
Bangunan tersebut tidak terlalu dipenuhi oleh banyak pengunjung. Hanya ada beberapa meja yang terisi.
Meja di dekat jendela yang diduduki oleh dua oranf gadis serta sepasang kekasih yang duduk di meja dekat kasir.
“Kamu duduk aja, biar aku yang pesen,” ujar Farelio.
Mengikuti kemauan lelaki tampan itu, Airin melangkah untuk mencari meja yang akan mereka tempati.
Gadis cantik tersebut memilih meja kayu berbentuk lingkaran dengan kursi yang ditata berseberangan di dekat pintu ke luar.
Airin menarik kursi untuk kemudian duduk di sana. Ia menopang dagu mungilnya di atas kedua kepalan tangannya.
“Farelio random banget sampe ngajak ke cafe yang sejauh ini,” monolognya.
“Kamu aku pesenin matcha latte, ya, Rin,” ujar Farelio yang tiba-tiba datang dan duduk di hadapannya.
“Oh, iya, Rel. Makasih,” balas gadis cantik itu.
“Sama croffle juga,” tambahnya.
Airin hanya mengangguk beberapa kali. Sejujurnya, sesuatu sedang mengganggu pikirannya sekarang.
Untuk apa seorang Farelio Evan Pratama membawanya ke cafe kecil di dekat pantai pada siang hari ini?
Tidak biasanya lelaki tampan itu bersikap sangat manis padanya, seperti ini. Airin terlalu berlarut pada lamunannya sehingga mengabaikan Farelio.
“Kamu mikirin apa, Rin?” tegur Farelio.
“Ah, enggak,” ucap Airin sembari mengibaskan tangannya. “Aku kepikiran tugas aja,” dustanya.
“Kalo kesusahan, nanti aku bantu kerjain,” tawar lelaki tampan itu.
Lagi? Jika terus seperti ini, Airin tidak mampu lagi untuk menahan rasa bahagianya. Walaupun aneh, Airin sangat menyukainya.
Untuk hari ini, Farelio sukses membuat dirinya merasa diperlakukan selayaknya seorang kekasih.
“Aku inget kamu pernah bilang mau minum matcha latte. Kata Vino, di sini minuman sama makanannya enak dan jauh dari tempat rame,” jelas Farelio seraya tersenyum manis.
Mendengarnya, Airin menatap sepasang manik selegam malam milik lelaki tampan di hadapannya. Tanpa sadar, dirinya ikut menyungging senyum.
“Kamu inget, Rel?” tanyanya memastikan.
“Inget,” jawab Farelio singkat.
“Makasih, ya,” ujar gadis cantik itu.
“No need to say thank you, Airin,” balas lelaki tampan itu sambil mengusap pelan pucuk sang gadis.