bane
DWARR!
Jantung Airin terkejut bukan main. Mungkin, jika tidak cekatan, semua menu masakan yang masih berada di dalam panci itu sudah melesat menuju apron dan juga lantai di dapurnya.
Suara Farelio yang membanting pintu utama apartemennya sangat dipertanyakan alasannya. Iblis apalagi yang merasuki lelaki tampan itu di siang hari seperti ini?
“Kamu apa-apaan sih, Rel?!” teriak Airin saat Farelio muncul di hadapannya.
“Kamu yang apa-apaan, Airin!” balas lelaki tampan itu tidak mau kalah.
Farelio berjalan dengan langkah mendentum untuk menghampiri gadisnya. Ia tarik sebelah pergelangan tangan Airin dan kemudian dihempasnya tubuh mungil itu ke arah tembok.
Airin, gadis cantik itu tentu saja meringis kesakitan. Lelaki manis kesayangannya itu tidak main-main dengan kekuatannya. Farelio, lelaki tampan itu menghimpit gadisnya.
Tidak ada jarak sedikit pun di antara keduanya. Bahkan, mereka dapat merasakan napas hangat dan menggebu satu sama lain.
“Kamu ‘kan tau aku gak suka liat kamu deket sama cowok lain, Rin,” jelas Farelio. “Terus kenapa kamu malah pergi sama anak baru itu?!” bentaknya.
Wajah tampan yang biasanya terlihat menawan itu, kali ini tampak menyeramkan. Sepasang manik selegam malamnya membelalak merefleksikan buncahan kemarahan.
Airin memalingkan wajahnya ke arah samping sebab suara lelakinya yang dengan tiba-tiba meninggi. Ia juga memejamkan matanya erat. Di siang nan panas hari itu, Farelio menggila di hadapan sang gadis.
Rasa cemburu dan iri menguasai hati dan pikirannya. Lelaki tampan itu sampai tidak bisa berpikir dengan jernih. Tidak ada tujuan lain selain memberi gadisnya beberapa pelajaran yang ia harap akan selalu diingat setiap waktu.
“Ask yourself, Farelio! Ke mana kamu pas event halloween kemaren?! Kamu tinggalin aku, ‘kan. Kamu gak berhak marah,” ujar Airin berapi-api.
Sepasang manik selegam senja yang biasanya terlihat berbinar indah itu, kini diselimuti oleh kekecewaan. Airin tidak mau dan tidak ingin berbohong tentang satu hal, Farelio, lelaki tampan kesayangannya.
Bagaimana Farelio selalu pergi ketika masalah menghampiri. Entah sebab rasa malu atau apa, selalu Airin yang menerima konsekuensinya.
“You say you would show me to the entire school that i am your girl, but what i seen just a liar babling about his lies again and again, Farel. Kamu pikir aku gak capek, ya? Kamu pikir kamu gak punya hati, ya? Iya, gitu, Farel?!” lanjut Airin.
Kini, pipi chubby gadis cantik itu sudah dibanjiri oleh air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya. Rahangnya mengeras. Bahkan, untuk menyelesaikan kalimat seperti itu saja, Airin butuh tenaga ekstra sebab napasnya yang tersendat.
“Kamu ngalihin topik pembicaraan kita, Airin,” dingin Farelio. “Itu gak mengubah fakta kalo kemaren kamu pergi sama cowok selain aku. Aku gak suka itu, Airin,” sambungnya.
Airin dapat mendengar jelas lelaki kesayangannya menekankan kata ‘pergi’ dan ‘cowok lain’ pada kalimatnya. Dua pasang manik itu saling memandang dengan intens seolah berperang. Untuk hari ini, hanya saat ini, Airin tidak mau lagi mengalah untuk perbuatan yang Farelio lakukan padanya.
“Kamu bajingan, Farelio,” final Airin.
PLAK!
Itu Farelio. Dengan kesadaran penuh, lelaki tampan itu menampar sebelah pipi sang gadis dengan tenaga khas rasa benci. Lihat saja, bagaimana Airin sampai menolehkan wajahnya ke arah samping sebab pukulan itu. Pipinya memerah padam.
“Coba bilang kayak gitu lagi, Airin. Aku mau denger kamu ngomong kayak gitu lagi,” ujar Farelio.
Airin, gadis cantik itu hanya diam. Ia tidak mau melanjutkan perdebatannya bersama Farelio. Sudah cukup untuk hari ini. Ia tidak memiliki tenaga lebih untuk meladeni lelaki kesayangannya itu.
Namun, saat gadis cantik itu hendak melengang pergi, Farelio lebih dulu menggenggam tangannya. Kemudian, lelaki tampan itu menarik sang gadis untuk menuju kamar tidurnya.
Di dalam sana, tanpa ragu, Farelio kembali membanting tubuh gadisnya, kali ini ke atas ranjang. Dengan gerakan yang tergesa-gesa, lelaki tampan itu melucuti semua pakaian yang dikenakan gadisnya untuk setelahnya ia melakukan hal yang sama.
“Take this, Airin. This is your penalty. I dare you to say the same things earlier after our session today,” jelas Farelio.
Di detik kemudian, yang terjadi adalah lelaki tampan itu mencium kasar gadisnya. Farelio benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya di atas tampat tidur sang gadis pada siang ini.
Lihat saja, bagaimana Airin berkali-kali memukul pundak lelaki kesayangannya sebab oksigennya yang mulai kehilangan fungsi. Tak lama setelahnya, Farelio menyudahi perang lidah bersama gadisnya.
“Kamu gila, ya, Rel?!” pekik Airin sembari menyeka bibirnya yang dipenuhi luka terbuka. Darah segar mengalir di sekitar mulutnya.
Hampir serupa dengan Airin, Farelio juga mengusap bibirnya yang dibanjiri darah miliki lawan mainnya. “As i said before, Airin. You deserve to be punished,” ucapnya.
Farelio, lelaki tampan itu kembali menyiksa gadisnya. Kali ini, ia kecupi seluruh ruang di sekitar leher dan dada gadisnya. Ia meninggalkan beberapa bekas kepemilikan yang tak tersembunyi.
Airin mencoba untuk memberontak. Beberapa kali gadis cantik itu mencakar punggung lebar Farelio. Tetapi, dengan sigap, lelaki tampan itu mengunci pergerakannya. Alhasil, yang bisa dilakukan gadis cantik itu hanyalah melirih kesakitan.
“Farel, nghh, it’s hurt,” kata gadis cantik itu.
Tentunya, Farelio tidak mengindahkan peringatan dari gadisnya. Ia tetap pada pendiriannya untuk menghukum Airin melalui hubungan intim sepihak.
Kini, lelaki tampan itu berubah haluan. Ia menciumi tubuh bagian bawah gadisnya, mulai dari paha bagian dalam sampai ke bibir vaginanya.
“Farel, ahhh, stop!” racau Airin.
Bukannya berhenti, aktivitas lelaki manis itu malah semakin menjadi. Tanpa melalukan foreplay yang rampung, Farelio meneroboskan kepemilikannya dalam sekali hentak ke dalam milik sang gadis.
“Farel!” pekiknya.
Airin berusaha mati-matian untuk menahan rasa sakit itu sendirian. Ia meremat bantal dan kain yang melapisi tempat tidurnya dengan sangat erat. Farelio seolah dirasuki iblis saat menggempur gadisnya.
PLAK!
Lelaki tampan itu baru saja menampar sebelah payudara gadisnya. Pastinya, pukulan itu menimbulkan bekas kemerahan di sana. Airin, siang itu dilingkupi oleh rasa sakit yang teramat sangat.
“Rel, please, nghh, stop, ahh, you hurting me,” racau Airin.
Airin menangis sejadi-jadinya. Rasa kecewa dan rasa sedih itu bercampur di dalam sanubarinya. Farelio sukses merobek-robek hatinya bak kertas putih bekas.
Entah mengapa, di sela-sela siksaan itu, yang Airin dapat ingat hanyalah canda tawanya bersama Alby beberapa hari lalu. Bagaimana lelaki manis itu seolah menghilangkan rasa sakit hatinya terhadap Farelio.
Ya, memang benar. Alby selalu muncul kala gadis cantik itu merasa gundah, saat hatinya sakit sebab lelaki kesayangannya. Di waktu yang kritis itu, Alby ada di sampingnya.
“Akhh!” pekik Farelio.
Lelaki tampan itu menjemput pelepasannya. Farelio menyemburkan spermanya ke dalam rahim sang gadis. Itu memang tujuannya. Airin semakin dibuat sendu hatinya oleh lelaki kesayangannya.
“Farel…,” lirih Airin di dalam tangisannya.