baffle

Benar saja. Beberapa menit setelah menerima pesan dari Farelio, Airin dapat melihat batang hidung bangir itu mendekat ke arahnya.

Gadis cantik itu tengah berada di rak dairy product saat Farelio menghampirinya. Sebelah tangan kekar itu bergerak merebut keranjang belanja yang bertengger di lengan kurus Airin.

“Aku aja yang bawa,” sergahnya.

“Aku aja gak apa-apa, Rel,” balas Airin.

Farelio tidak menghiraukan pernyataan gadisnya. Sepasang manik selegam malamnya menelisik ke segala sudut di supermarket.

“Apalagi yang kamu mau beli?” tanyanya.

“Sayur sama susu,” jawab gadis cantik itu.

“Kamu biasa minum susu rasa apa?” tanya Farelio lagi.

“Full cream,” singkat Airin.

Sepersekian detik kemudian, lelaki tampan itu melengang ke arah lemari pendingin yang terbuka.

Farelio mengambil, tidak hanya satu, melainkan tiga karton susu kotak pesanan sang gadis.

“Jangan banyak-banyak, Rel. Susu itu cepet basinya,” jelas Airin sembari mendekat.

“Aku lama nginep di apart kamu,” ucapnya datar.

Sekilas, Airin melirik ke arah wajah tampan yang menjulang di sebelahnya. Gadis cantik itu tidak dapat mendeskripsikan eskpresinya.

“Kamu ada yang mau dibeli?” tanya Airin.

“Ada. Aku ke sana dulu,” balas Farelio.

Setelahnya, lelaki tampan itu melengang pergi entah ke mana. Airin juga tidak mengetahui pasti apa yang Farelio cari.

Memilih untuk tidak menghiraukannya, gadis cantik itu memutuskan untuk pergi ke arah rak sayur-sayuran.

Manik indahnya sibuk memilah dan memilih antara sayur kangkung dan bayam. Ia bertanya-tanya, jenis sayur apa yang Farelio sukai.

“Aku suka kangkung,” ujar Farelio yang muncul tiba-tiba.

Sempat terkejut, Airin lalu bertanya, “Kamu udah dapet apa yang dicari, Rel?”

Lelaki manis itu hanya mengangguk beberapa kali. Airin kembali melirik, namun kali ini ke arah keranjang belanja berwarna biru yang digenggam Farelio.

Tidak ada. Gadis cantik itu melihat tidak adanya pertambahan jumlah barang di dalamnya. Ia mengernyitkan keningnya.

Kemudian, Airin meletakkan seikat kangkung dari tangan kirinya ke dalam keranjang belanja.

“Ayo,” ajak Airin.

“Udah semua?” tanya Farelio memastikan.

“Udah kok,” jawabnya.

Dengan begitu, Farelio melangkah terlebih dahulu yang diekori oleh Airin. Syukurlah, hari ini supermarket tidak terlalu dipadati pengunjung.

Sehingga keduanya tidak perlu repot menunggu antrian panjang. Sesampainya di kasir, Farelio meletakkan keranjang belanjanya di atas konter.

Mulai dari makanan siap saji, seperti nugget dan sosis, sampai sabun mandi, semuanya sudah masuk ke dalam struk belanja.

“Ada lagi tambahannya, Mbak, Mas?” tanya ibu kasir ramah.

“Sama itu tiga kotak, ya, Bu,” ujar Farelio.

“Oh, iya, Mas,” balasnya.

Barang yang dimaksud Farelio adalah alat kontrasepsi, kondom. Mendengarnya, Airin menolehkan pandangannya.

Jadi, tujuan Farelio menghampiri dirinya karena kondom? Jika begitu, kenapa tidak sekalian saja lelaki manis itu menghubunginya lewat pesan singkat.

Airin menghela napas panjang. Sejenak, dirinya merasa bahagia sebab Farelio yang mungkin memperhatikan keberadaannya.

Namun, sepertinya, angan-angan ini dihempaskan sesaat. Farelio tidak setulus itu, menurut Airin.

“Semuanya 357.000 rupiah,” ucap sang kasir.

Setelah membayar semua keperluan yang telah dibeli, Farelio menggenggam kedua kantung plastik yang penuh dengan barang belanjaan.

Lagi, lelaki manis itu berjalan terlebih dahulu sebelum Airin mengikutinya. Tetapi, saat gadis cantik itu hendak melangkah, sebuah suara lembut menghentikan pergerakannya.

“Mbak, bilangin sama suaminya jangan pake pengaman terus. Sayang banget kalo gak segera punya momongan,” ujar ibu kasir tersebut.

Mendengarnya, perasaan Airin bercampur aduk. Ia tidak tahu harus merespon dengan cara yang bagaimana.

Alhasil, gadis cantik tersebut hanya tersenyum masam sembari menganggukkan kepalanya untuk setelahnya dengan cepat melengang pergi.

Airin tidak ingin terjebak pada percakapan yang canggung ini. Juga, Farelio sudah menunggunya di luar sana.

“Ada yang kurang?” tanya Farelio saat Airin berhenti tepat di sampingnya.

“Hah? Enggak kok,” elak Airin.

Lelaki tampan itu mengangguk tanda mengerti. “Kita makan dulu sebelom pulang,” finalnya.